BALADA LELAKI PETANG TEMARAM DAN PEREMPUAN KILAU REMBULAN
0 Colour Pages & 149 B/W Pages
Kategori: Kumpulan Cerpen
Harga: Rp 46500

Narsis atau Narasi Romantis adalah rangkaian cerita pendek yang sarat dengan unsur romantisme yang (diharapkan) membuat pembacanya terhanyut dalam pesona alur kisah yang melankolis, membelai hati dan kerapkali tak terduga. Rasakan sensasinya di Narsis!



You May Also Like
 

Review
 
YtWveu hfzbiiggqbiz
Woot, I will cetarnliy put this to good use!
Jujur, saya sendiri kehilangan kata-kata untuk menuliskan apa yang saya rasakan. Bahkan saya telah menjadi egois dengan sibuk menghibur diri dan mengusap air mata tiap kali usai menamatkan satu cerita. Hingga berkali-kali saya menunda untuk menulisnya dan tak jua saya temukan kata-kata yang tepat yang dapat mewakili perasaan saya tentang buku itu. Rangkaian kalimat yang begitu indah. Puisi-puisi yang menyentuh. Cerita yang begitu kuat. Penggambaran tokoh dan tempatnya yang begitu nyata. Kisah yang dibuat begitu hidup. Inspiratif dan melahirkan semangat serta cinta. Memang tak salah jika hati jadi terpikat. Perasaan pun selalu terbawa kedalam cerita dan saya terhanyut didalamnya. Ah...saya seolah masuk ke dunia kata yang didalamnya saya berlayar di indahnya lautan kata. Puitis dan romantis, memang sesuai dengan jiwa saya. Dan sejak dua tahun yang lalu, saya bersyukur menjadi penggemar setia cerpen-cerpen dan puisi-puisi karya mas Amril yang di posting di MPnya. Dan ternyata beberapa cerpen yang pernah saya baca disana kini telah menjadi buku. Senang karenanya.
"bukunya bagus. Khusus cewek, pasti kalian suka. Temanku saja yang pinjam sampai sekarang belum dikembalikan". (maksudnya bukunya digilir) :D
Review dari mbak Risa Amrikasari tentang buku NARSIS : Link : http://www.perempuanindonesia.org/?p=740 Jika kita menilik sampul buku yang berwarna merah muda bergambar rangkaian hati yang menghiasi tepian dan bunga di sudut buku, mungkin kita tak akan mengira jika buku ini ditulis oleh seorang laki-laki. Tetapi coba perhatikan nama penulisnya, Amril Taufik Gobel, adakah perempuan bernama seperti itu? Mungkin ada, tapi ia pasti bukan penulis buku ini, karena buku ini ditulis oleh seorang lelaki yang tanpa risih telah mencurahkan segala rindu yang mengalir dalam darahnya melalui rangkaian kisah-kisah cinta yang hampir di setiap barisan kalimatnya mengandung kerinduan akan cinta sejati. Jika kita mencoba melihat judul yang dibuatnya dengan singkatan ‘Narsis’, maka yang pertama terpikir orang saat membicarakan buku ini, kemungkinan adalah sebuah bayangan akan sifat narcist seseorang yang coba digelar. Tetapi kata ‘Narsis’ sendiri ternyata dimaksudkan sebagai singkatan dari ‘Narasi Romantis’ yang tentu saja artinya jauh berbeda dengan arti harafiah istilah narcist itu sendiri. Pengambilan singkatan itu sendiri terlihat seperti memohon pemakluman pembaca mengenai latarbelakang penerbitan buku ini, di mana isi yang ada di dalamnya sudah pernah dipublikasikan melalui blog. Sebenarnya setiap penulis yang membukukan blognya tak perlu merasa dirinya narcist, karena setiap buku adalah puncak pencapaian kepuasaan seorang penulis, meski awalnya ia seorang blogger. Tetapi jika kata ‘Narsis’ dimaksudkan sebagai sebuah singkatan yang mudah dihafal, trendy, dan ‘eye catchy’, tak apalah. Buku setebal 149 halaman ini, berisi 16 cerita. Rata-rata cerita di dalamnya mengisahkan bagaimana seorang lelaki dengan sebutan ‘lelaki petang temaram’ berusaha menggapai cinta seorang perempuan yang disebutnya dengan ‘perempuan kilau rembulan’. Rangkaian kalimat puitis yang ditorehkannya dalam cerita-cerita di buku ini, seakan menyuarakan kerinduannya yang terdalam, meski saya tak tahu pasti apakah ini kisah nyata, atau fiksi belaka. Rangkaian kalimat puitis ini membalut rangkaian peristiwa cinta yang sebenarnya dialami oleh hampir setiap manusia yang pernah merasakan jatuh cinta. Mengejar mimpi, ditolak, lalu mendapatkan cinta. Tetapi cerita cinta yang biasa, telah berhasil ditiupkan oleh Amril dengan rangkaian kalimat yang menggetarkan hati pembacanya seperti pada hal 38 yang bertajuk “Tentang Cinta, pada Tiada”. “Separuh dari dirimu menginginkannya : datang membawa binar cinta dari kerjap matanya, yang membuatmu ingin terdampar dan luluh pada muara hatinya…” Tampaknya Amril adalah penulis yang mengutamakan kejujuran dalam tutur rasanya. Tanpa melihat apakah seorang laki-laki pantas menulis sesuatu yang seperti mengejar cinta dan bertekuk lutut kepada perempuan pujaan hatinya, Amril bebas terbang sambil menebar romantisme yang dimilikinya, agar semua orang tahu bahwa cinta adalah sesuatu yang indah dan patut diperjuangkan. Kelembutan hati dan kekerasan tekad dalam meraih mimpi dan cintanya, disalurkan dalam bentuk puisi yang setidaknya mampu meluluhkan hati pembaca. Siapa pun penggemar rangkaian kalimat indah akan setuju bahwa tulisan dalam buku ini adalah kumpulan narasi romantis. Sejauh mana anda akan mengukur kadar romantisme anda saat membaca buku ini, akan terasa pada halaman demi halaman. Amril senang memberi julukan pada tokoh yang dibuatnya dengan sebutan romantis seperti pada halaman 95, “Takdir Cinta” : “Perempuan Wangi Bunga itu mengerjapkan mata, ia lalu membaca kembali baris-baris kalimat pada…” dan seterusnya. Amril tampaknya sadar betul bahwa cinta adalah milik setiap manusia, tanpa memandang jenis kelamin. Oleh karenanya, perayaan cinta adalah hal yang wajar jika dituangkan dalam bentuk tulisan tanpa perlu merasa risih hanya karena manusia sebagai mahluk yang memiliki perasaan, telah lama membuat batasan-batasan mengenai emosional seseorang berdasarkan jenis kelamin. Jika ia seorang laki-laki, maka ia diharuskan tak boleh menangis, tak boleh lemah atau ia akan dicap cengeng. Tapi cinta bukan kelemahan. Cinta adalah kekuatan meski di dalamnya menyimpan duri, yang justru makin membuat seseorang dapat mendengar teriakan hatinya sendiri saat terluka, dan suara hati itulah yang berusaha ia sampaikan dalam untaian kalimat-kalimat indahnya, seperti tuturnya pada halaman pengantar : “Saya tak tahu apakah saya telah membuat ‘genre’ bercerita gaya baru namun setidaknya kisah-kisah yang saya tuangkan ini merupakan sebentuk ekspresi imajinasi dan inspirasi yang bisa menjadi pilihan.” Tentu saja ini akan menjadi satu pilihan bacaan yang menyejukkan hati di kala situasi sekitar kita memang sedang lebih sering membuat gelisah, dan Amril berhasil mewujudkan itu dalam narasi romantisnya, NARSIS. Risa Amrikasari, 2011

Write A Review
 
Name
 
Email
 
Review
Captcha